Friday, April 10, 2009

Lanjutan Kisah Kura-kura dan Kancil

Saya yakin Anda pernah mendengar fabel ‘Kura-kura dan Kancil’ waktu masih anak-anak. Ceritanya seperti ini:
Suatu hari Kura-kura dan Kancil berdebat tentang siapa yang lebih cepat. Mereka menyetujui jalur tertentu untuk bertanding dan mulailah mereka bertanding.
Sang Kancil melesat dengan cepat dan setelah merasa jauh melampaui Kura-kura dia berhenti sejenak di bawah pohon untuk beristirahat sebelum melmulai lagi perlombaannya.
Sang Kancil terduduk di bawah pohon dan akhirnya tertidur. Dan Kura-kura berhasil melampauinya dan keluar sebagai juara.
Sang Kancil terbangun dan mendapatkan dirinya kalah didalam perlombaan tersebut.

Pesan moral dari cerita ini adalah mereka yang lambat, apabila konsisten, akan dapat memenangkan pertandingan.

Cerita ini ternyata ada kelanjutannya layaknya film sekuel. Ceritanya begini…

Sang Kancil sangat kecewa dengan kekalahannya lalu melakukan analisis penyebabnya. Dia sadar bahwa dia kalah karena terlampau percaya diri, kurang hati hati dan terlena. Kalau saja dia bisa lebih waspada maka tidaklah mungkin Kura Kura bisa mengalahkannya. Lalu ditantangnya lagi Kura Kura tersebut untuk melakukan lomba ulang yang disetujui oleh Kura Kura. Kali ini, sang Kancil menang mutlak karena dia berlari tanpa henti.

Pesan moral dari cerita ini adalah:
Cepat dan konsisten akan mengalahkan yang lambat dan konsisten
Kalau ada dua orang di perusahaan, yang satu lambat, pakai metode dan handal sedangkan yang satu lagi cepat dan handal, maka yang cepat dan handal akan maju lebih cepat
Lambat asal konsisten itu bagus akan tetapi lebih bagus lagi kalau cepat dan konsisten.

Tetapi ceritanya tidak hanya sampai disini.
Kali ini sang Kura Kura mulai berpikir dan sadar bahwa tidaklah mungkin berlomba dengan Kancil pada jalur seperti yang lalu. Setelah berpikir keras, kali ini Kura Kura menantang sang Kancil untuk berlomba lagi pada jalur perlombaan yang berbeda.

Sang Kancil setuju. Mereka mulai berpacu dan sang Kancil berlari dengan cepat tanpa berhenti sampai akhirnya terpaksa berhenti ditepi sungai, karena harus menyeberang. Rupanya garis finish nya terletak beberapa ratus meter setelah tepi di seberang sungai.

Sang Kancil bingung tidak tahu harus berbuat apa…..
dan tak lama kemudian muncul Kura Kura menyusul dan dengan santainya menyeberang sampai ke garis finish dan memenangkan pertandingan

Pesan moral dari cerita ini adalah:
Pertama, temukan kekuatan utama Anda kemudian carilah tempat bertanding yang sesuai dengan kekuatan utama Anda.
Di Perusahaan, kalau Anda pandai berbicara, carilah kesempatan untuk memberikan presentasi sehingga pimpinan Anda bisa melihat kemampuan Anda.
Kalau kekuatanmu adalah menganalisis, carilah peran yang membutuhkan kemampuan analisis.
Bekerja pada kekuatanmu bukan hanya menunjukkan kehebatanmu akan tetapi juga menciptakan kesempatan untuk maju dan berkembang.

Kalau kekuatanmu adalah mengorganisir, carilah peran untuk mengorganisir sesuatu kegiatan penting agar perusahaan tahu bahwa Anda mungkin pantas menjadi manager

Kalau Kekuatanmu adalah waspada dan teliti carilah peran yang membutuhkan kewaspadaan dan ketelitian seperti peran yang terkait dengan keselamatan, hukum atau keuangan

Ceritanya belum selesai lho…

Kali ini sang Kancil dan Kura Kura menjadi bersahabat dan mulai memikirkan solusi masalah bersama sama. Keduanya sadar bahwa lomba yang terakhir bisa dilakukan dengan jauh lebih baik. Jadi mereka memutuskan untuk melakukan perlombaan lagi , cuma kali ini mereka berlari dalam satu tim.

Mereka mulai berlari. Mula-mula sang Kancil menggendong Kura Kura sampai ke tepi sungai, kemudian di sini Kura Kura yang menggendong Kancil untuk menyeberangi sungai

Di seberang satunya Kancil mulai menggendong Kura Kura lagi sampai ke garis finish.
Sampai di garis finish keduanya merasa puas karena berhasil tiba dengan waktu yang jauh lebih cepat dari lomba sebelumnya

Pesan moral dari cerita ini adalah:
Bagus menjadi orang yang brilian dan mempunyai kekuatan utama, akan tetapi tanpa bisa bekerjasama di dalam suatu tim dan menjalin masing masing kekuatan utama, hasilnya tidak akan maksimal karena selalu ada situasi di mana Anda berkinerja kurang sedangkan rekan lainnya lebih baik.

Kerjasama adalah masalah kepemimpinan yang sesuai dengan situasi, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada seseorang yang memiliki kompetensi inti yang sesuai dengan situasi mengambil alih kepemimpinan.

Ada lagi yang dapat dipelajari disini. Catat bahwa baik Kancil maupun Kura Kura tidak pernah menyerah setelah mengalami kegagalan.
Sang Kancil bekerja lebih keras setelah kegagalannya. Sedangkan Kura kura mengubah Strateginya karena dia sudah berusaha sekuat tenaga. Dalam hidup, kalau kita menghadapi kegagalan, terkadang bisa diatasi dengan bekerja lebih keras, namun kadang juga akan lebih cocok untuk mengubah strategi dan melakukan sesuatu dengan berbeda. Dan terkadang lebih cocok melakukan keduanya.

Keduanya juga belajar suatu pelajaran yang sangat penting. Kalau kita berhenti berkompetisi dengan saingan kita lalu mulai berkompetisi dengan situasi, kita akan bisa mendapatkan kinerja yang jauh lebih baik.

Ringkasnya, cerita ini mengajarkan banyak hal pada kita.
Pelajaran yang penting adalah:
•Cepat dan konsisten akan selalu lebih baik daripada lambat dan konsisten
•Ambillah peran yang sesuai dengan kekuatan utama Anda
•Kumpulkan kekuatan dan bekerja di dalam team akan selalu mengalahkan jagoan individu
•Jangan pernah menyerah kalau gagal
•Dan akhirnya, bersainglah melawan situasi, jangan melawan pesaing.

Labels:

Monday, April 6, 2009

Vote for Dante!

Nama asliku Danyel. Singkat, padat, jelas. Menurut riset, 71% orang membaca nama ini dengan dua suku kata: ‘da-nyel’. Jadilah teman-teman memanggilku ‘Nyel’. Tidak salah, tapi aneh, dan begitu gampang diplesetkan menjadi panggilan untuk primata pemakan pisang. Dan aku selalu risih jika ada yang memanggil dari jauh dengan suara keras di tengah orang banyak, “Nyel!Nyeel!!..” Dalam seperempat detik semua orang akan melempar pandangan heran ingin tahu siapa gerangan yang punya nama sapaan seaneh itu. Untung saja mukaku cukup rupawan untuk mengkonversi sebagian tatapan aneh itu dengan tatapan naksir dan kagum *cling cling* (buat yang pengen protes bisa melayangkan gugatan resmi melalui fasilitas comment di bawah).

Di masa bangku SMA yang konon kata orang adalah masa-masa terindah remaja, panggilanku berevolusi. Got worse. Lantaran punya arogansi dan narsisme yang berlebihan, aku dengan spontan dipanggil ‘Lagak’ oleh seorang teman. Begitu cepatnya panggilan ini mewabah memaksaku untuk menerima saja tanpa perlawanan. Argh! Hari hari berikutnya jadilah aku berusaha keras menemukan nama lain yang keren, baru kemudian dideklarasikan ke seantero jagad raya. That’s the plan. Kaya artis nyari nama panggung biar cepat beken gitu deh pokoknya. Tapi ternyata agak susah juga nyari nama baru, sementara panggilan ‘Lagak’ terus mewabah dengan cepatnya.

Sampai suatu hari di awal millennium kedua aku diperkenalkan dengan dunia warnet oleh sohib-sohibku yang dandy. Maklum, dulu rada gaptek. Aku langsung jatuh cinta ama game online yang lagi hot waktu itu. Namanya Starcraft. Karena masih dalam krisis identitas diri, aku hampir mengalami depresi memikirkan Username yang perlu dimasukkan untuk memulai permainan. Ini nih saatnya kalo mau mendeklarasikan nama baru, pikirku. Sudah 3 menit aku berpikir keras sampai salah satu sohibku berteriak lantang, “Lagak oi, co ni yok ku!!!???” (terjemahan: Oi Lagak, kenapa lama sekali!!!???). Akhirnya aku nyerah juga dan dengan lemas mutusin buat masukin namaku apa adanya aja. Saking buru-burunya waktu itu, maksud hati menekan tombol ‘Y’ malah keseleo menjadi ‘T’ (‘Y’ ama ‘T’ tetanggaan soalnya di kibod), dan tombol ‘L’-nya dengan kebetulan yang ajaib ternyata rusak. Jadinya adalah nama keren dengan sedikit sentuhan Barat dan citarasa Italia yang sudah lama kucari-cari: ‘DANTE’.

Dengan bantuan beberapa teman yang berhasil gua sogok dan pengaruhi, beberapa hari kemudian nama Dante mulai mewabah juga menandingi Lagak yang lebih dulu berkuasa. Kampanye nama Dante terus berlanjut sejak saat itu sampai dengan detik saya mengetik ini.

Labels:

Celengan Penyelamat Jiwa

Pagi hari Senin gua tidak masuk kerja karena gejala demam. Mendadak meriang menyerang. Trus kaya ada orang yang nyikut-nyikut bagian belakang kepala. Baru tau ada migrain yang kenanya bagian belakang (kirain cuman berlaku buat sebelah kiri atau kanan kepala aja). Jadinya gak jadi mandi, tidur lagi. Ampe siang jam 1 gua terpaksa bangun, itu juga karena perut melilit karena lapar. Badan uda lemas ga ketulungan, gua pun keluar kamar, menuju dapur kos.

Ibu kos gua itu baiik banget orangnya. Biasanya kalau ada anak kosnya yang sakit, beliau akan minta pembantu kos buat nganterin makanan. Nah berhubung gua lagi ga enak badan dan belum mandi, jadi malas cari makan ke luar. Kebetulan stok indomie instant gua uda abis. Ibu kos biasanya nongkrong di dapur, ngobrol ama pembantu. Jadilah gua berpikir keras dengan sisa tenaga yang ada untuk bikin strategi agar bisa dapat makanan gratis. Planningnya gua akan pura-pura mau masak air panas untuk mandi di dapur, trus ga sengaja ketemu ibu kos di situ. Prediksi gua, akan terjadi percakapan kaya gini:

Ibu kos: “Loh Mas Danil ga masuk kantor?”
Gue (dengan muka setengah memelas): “Ngga Bu, saya demam… Ini mau numpang masak air panas buat mandi. Bole, Bu?”
Ibu kos: “Oh biar Mba Ike aja yang buatin, Mas Danil istirahat aja. Uda makan belum?? Sekalian tar Mba Ike bikinin makanan ya…tar dianterin.”
Gue: “Oh Makasih banyak Ibu, ngerepotin.”
Ibu kos: “Ga pa pa. Uda, Mas Danil masuk kamar lagi aja.”
Gue: “Iya Ibu, makasi…”

Rencana uda cukup matang. Tinggal eksekusi. Nyampe di dapur, suasana sepi, hening. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tiba-tiba muncul Bapak Kos.

Bapak kos: “Loh, sakit, dek!?” (dengan suara lantang)
Gue: “Iya Pak, demam.”
Bapak kos: “Oh” (dengan nada enteng, terus jalan pergi lagi dari dapur)
Gue: . . . (terus jalan balik ke kamar)

Mission failed. Cacing-cacing dalam perut yg demonstrasi dari tadi sepertinya mulai bertindak anarkis. Terpaksa masuk ke plan B: Nitip aja duit ke pembantu kos buat dibeliin makanan, beres. Tapi malang banget nasib gue waktu nemuin di dompet ternyata sisa 4000 rupiah. Argh! Bisa makan apa gua dengan 4000 rupiah. Tidak ada ATM dekat kos. Gua ga yakin para cacing perut demonstran itu bisa ditenangkan dengan makanan senilai 4000 rupiah. Dalam sekejap gua langsung berpaling ke arah celengan Spiderman imut gua yang sudah agak berdebu. Dulu pas masih kuliah gua sering masukin duit receh ke situ. Mari kita liat ada berapa yang bisa dikumpulin. Gua menemukan berbagai jenis uang logam, range dari 25 sampai 500 rupiah berbagai tahun edisi. Ga tau masi berlaku apa kaga. Segera aku sortir uang logam yang nilainya paling besar, 500 rupiah. Lumayan dapat 8. Hore, paling ngga gua bisa makan ayam di warung depan. Bergegaslah gua ke sana. Kebetulan ini satu-satunya warung makan dekat kos yang sanggup gua capai dengan kondisi badan kaya gini. Sampai di sana,

Gue: “Mas, bungkus ya…Erhh…ayam berapa ya satu?”
Mas-mas bermata sipit (cukup bingung karena biasanya gue langsung order aja ga pake nanya): “6500 mas”
Gue (8000-6500 = 1500): “Kalo tahu goreng mas?”
Mas-mas bermata sipit: “1000 mas”
Gue (1500-1000 = 500): “Nasi putih?”
Mas-mas bermata sipit: “3000”
Gue (500-3000 = -2500): “Yo uda mas, bungkus, satu ayam bakar dada, satu tahu goreng. Uda itu aja”
Mas-mas bermata sipit: “Nasi putihnya ngga?”
Gue: “Sebenarnya mau, tapi duit gua ga cukup mas.”

Abis ngomong kaya gitu sejenak kulit muka jadi terasa agak hangat. Sejenak juga gua bisa ngalamin yang sering dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Ini bisa jadi pelajaran hidup, bahwa uang sekecil apapun itu berharga. Ke depannya gua akan anggap remeh uang 100 rupiah sekalipun.

Labels:

Sunday, April 5, 2009

Maling Rodeo Pembenci Cina

Pagi-pagi sekali waktu gua masih tidur tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar kos gua. Gua sadar karena pintu gua berisik kalo dibuka. Sepertinya semalam gua lupa kunci pintu. Karena tidak ada orang lain yang pernah membuka pintu kamar gua seenaknya tanpa permisi selain cewe gua, gua berasumsi itu dia. Gua cuekin aja deh tanpa gua liat lagi. Masi seperlima sadar soalnya (kalo bahasa bermajas hiperbolanya temanku kalo gua tidur, dunia runtuh juga ga bangun. ‘rite Cunk?) . Ga lama dibuka, gua denger pintunya ditutup lagi, tanpa ada orang yg masuk. Aneh juga. Berhubung kuasa kantuk ga terbendung, gua lanjut tidur (bodo amat de pikirku). Beberapa jam kemudian gua terbangun lagi karena ada ribut-ribut di luar koridor kos. Rupanya ada yg kemalingan laptop ama HP di kamarnya pas lagi mandi tadi pagi. Wew, analytical thinking gua langsung bekerja; berarti yang tadi pagi buka pintu kamar gua itu maling juga dunk! Ga jadi malingin gua karena takut gua bangun, trus berteriak histeris. Untung saja gua ga bangun pagi. Soalnya kalo gua bangun pagi, dan pas lagi mandi, bisa jadi gua yg kemalingan. Inilah keuntungan molor ampe siang.
Ingat maling, gua jadi ingat pengalaman unik pas masi kuliah dulu...

Jam satu, jam abis makan siang, gua keluar dari kamar kos (sekarang ex-kos) bermaksud pengen ambil handuk buat mandi (baru bangun tidur ceritanya). Di depan kamar tetangga gua ada seorang mas-mas yang ga pernah gua liat, lagi melototin deretan sandal ama sepatu di atas rak kaya lagi milih belanjaan di toko sepatu. Bedanya ini barang-barangnya uda butut semua; dari sandal Swallow ampe sepatu kumal berlogo semi-Adidas (kalo Adidas tiga garis, ini dua garis).

Gue: “Ada apa Mas?”
Mas-mas mencurigakan: “Uh? Oh, ngga. Lagi nunggu teman.” (ngomong sambil mundur 2-3 langkah, gaya ngomong kaya orang mabuk)
Gue: “Temannya sapa Mas?”
Mas-mas mencurigakan: “Hendra.” (berbalik badan terus jalan pergi)

Di kos gua emang ada yang namanya Hendra, tapi kamarnya di lantai bawah (gua di lantai dua). Kayanya ini orang ngarang nama, mentang-mentang nama Hendra pasaran (buat pemilik nama Hendra, no offense). Dengan asas praduga bersalah gua langsung ke kamar teman gua tempat berkumpul anak-anak kos lain buat main Winning Eleven. Ada empat orang di sana, kebetulan tiga di antaranya adalah penggemar fitness dengan otot trisep dua-tiga kali punya gua. Langsung gua lapor, dan mereka dengan semangat menghambur keluar menyusul si mas-mas mencurigakan. Si mas-mas ini lagi di tengah tangga turun waktu kita panggil.

Penggemar fitness #1 (gua lupa teman gua yg mana): “Cari siapa Mas?”
Mas-mas mencurigakan: “Aconk.” (tetap dengan gaya mabuk)

Loh tadi katanya Hendra. Apa Hendra itu nama Chinese-nya Aconk ya?

Gue: “Loh tadi katanya mau cari Hendra!?”
Mas-mas mencurigakan: “Iya tadi (bla bla bla) keluar (bla bla bla) (ngomongnya ga jelas, tetap sambil jalan turun, kali ini agak cepat)

Teman-teman gua terus mendekat dengan melontarkan interogasi-interogasi tajam, dan dijawab dengan ga jelas sambil tetap jalan menuju pintu pagar keluar. Sampai di dekat pintu pagar, ternyata digembok. (pemilik kos emang mengharuskan kami menggembok kembali pintunya tiap kali abis masuk atau keluar). Jadilah dia tersudut dikepung lima orang, termasuk gua. Semuanya warga keturunan Tionghua.

Penggemar fitness #2: “Kami mau geledah dulu Mas dulu sebelum Mas bisa keluar.” (suasana uda panas sampai titik ini)
Mas-mas mencurigakan: “Emang salah saya apa?” (penghuni kos lain uda banyak yg keluar menyaksikan)
Penggemar fitness #3: “Mas mau maling kan? Ngaku aja Mas! Jangan kirain bisa keluar, kita panggil polisi”
Mas-mas mencurigakan: “Emang salah saya apa?” (gaya mabuknya uda ilang)
Gue: “Mas gak bisa jelasin kan kenapa mondar-mandir di kos ini sambil liat-liat barang orang!?”
Mas-mas mencurigakan terdiam. Namun kemudian dengan kecepatan mengagumkan ala kepepet, dia lompat dan langsung nemplok di pintu pagar yg tinggi itu. Dengan refleks pula kita semua di situ berusaha menarik-narik dia turun. Dia memberontak. Satu kakinya akhirnya lewat. Gayanya sekarang uda kaya orang nunggangin kuda, cuman bedanya ini pagar. Dengan segenap upaya kita tarik kaki satunya yang belum lolos. Tenaga beberapa orang jelas lebih unggul, tapi maling ini persistent juga. Gayanya uda kaya orang main rodeo. Ada juga satu temanku yang inisiatif membawa penggorengan dari dapur kos sambil lari, trus dipukul-pukulkan dengan semangat ke paha si maling rodeo. Gua yakin cepek persen itu pasti sakit. Di tengah pergumulan itu berbagai umpatan dikeluarkan. Karena kos kita lokasinya di pinggir jalan raya, dengan cepat banyak orang penasaran berkumpul, sampai jalanan pun menjadi macet.
“Hoi!!TURUN! Turunn gak lo!!”
“Maling!Maling!!”
Si maling rodeo juga balas berteriak, tapi dengan konten yang tidak lazim.
“Tolong!TOLONGG!!CINA!!CINAA!!!TOLONG!!CINAAA!”
Bingung kan...? Gua juga bingung.
Singkat cerita, si maling rodeo pun menyerah tanpa syarat dan turun dengan “selamat”, dan akhirnya ditahan polisi. Mungkin tuduhannya harusnya ditambah provokasi berbau SARA. Hampir semua penghuni ex-kos gua itu memang warga keturunan Tionghua (atau at least bertampang mirip orang Cina). Namun yang menggelitik adalah, apa maksudnya dia ngeluarin kata-kata kaya gitu? Ekspektasinya apa? Apa dia berharap orang-orang di jalan itu bakal belain, nolongin, dan sekaligus ngelawan kami penghuni kos Cina tanpa memperhitungkan lagi siapa yang salah dan benar? Pathetic. Ditambah kenyataan bahwa dia mengeluarkan kata-kata itu dengan sangat spontan, gua sih bisa berasumsi kalo si maling rodeo ini emang pada dasarnya benci ama orang Tionghua. Well, kalo banyak orang punya pikiran kaya gini, Bhinneka Tunggal Ika masi jadi PR yang sangat besar buat kita bersama.

Labels:

Buku Yang Membuatku Membuat Blog

Kalau Anda termasuk orang yang suka nongkrong dan menghabiskan waktu berjam-jam buat membolak-balik lembar demi lembar buku-buku di Gramedia sambil berdiri ngantri tempat duduk berjumlah terbatas di toko buku ini, ijinkan saya merekomendasikan satu buku. Tapi hanya jika Anda suka yang namanya duit. Dan saya berasumsi bahwa semua orang suka duit, so let’s continue.

Bukunya bersampul hijau gelap dengan tulisan keren timbul di atasnya. Mungkin Anda pernah lihat sekilas. Judulnya Secrets of Self-Made Millionaires. Tapi bukan judulnya yang bikin saya tertarik, tapi tagline di bawahnya: “Bagaimana Anda Dapat Memperoleh Pendapatan Luar Biasa & Membangun Kekayaan Bersih Jutaan Dolar…Dimulai dari Nol.” Tiga kata terakhir dikasi sentuhan italic font yang menggugah selera. Pertama kali melihatnya di bagian buku laris, segera saya cari yang sudah diperawani (baca: tidak bersampul plastik) dan baca dengan antusiasme tinggi. Nama pengarangnya Adam Khoo. Familiar, tapi saya lupa pernah dengar di mana. Di profile-nya tertulis beliau ini sudah jadi miliuner pada usia 26 tahun dengan usaha sendiri. Uhmm..good. Kalau mau mengajari soal cari duit memang sudah seharusnya sang pengajar harus berpengalaman dan sukses. Jadi yang disajikan kemungkinan adalah sesuatu yang sudah terbukti berhasil, bukan teori picisan. Lanjut. Gaya penulisannya sederhana dengan bahasa yang gampang dicerna. Twice good. Sekilas isinya dimulai dengan penanaman mindset tentang kekayaan itu sendiri dan teori-teori lain yang insipiratif, sampai pada bagian yang paling menarik sesuai yg dijanjikan judulnya: rahasia itu sendiri. Salah satunya yang menarik rasa penasaran saya waktu itu adalah bagian “Membangun Bisnis yang Produktif tanpa Harus Berhenti dari Pekerjaan Anda”. Wah lumayan bisa nambah penghasilan nih! Bagaimana caranya? Jawabannya ternyata adalah kata-kata yang tidak asing. Bisnis online (bisnis melalui media internet). “What so special about that?” pikir saya.

Yang saya tahu saya punya seorang teman yang sukses dengan bisnis jam tangannya yang dijual secara online, www.jam-tangan.com. However, teman saya ini memang sukses dari bisnisnya (well done Ben). Didorong rasa penasaran dan rasa capek berlebih karena berdiri kelamaan (sambil sesekali melirik kursi sofa kapasitas tiga orang dekat situ yang umurnya sepertinya tidak akan panjang lagi karena dengan sadis diduduki lima orang sekaligus), akhirnya saya putuskan untuk beli buku ini. Rasa penasaran saya terjawab segera setelah itu. Buku ini benar-benar menjabarkan alasan kenapa bisnis online itu bisa diandalkan untuk menghasilkan banyak uang, disokong berbagai kisah sukses dari para pelaku bisnis itu sendiri. Dijelaskan pula berbagai strategi-strategi bisnis online dari menjual produk fisik (seperti jam tangan), produk informasi (seperti ebook), sampai produk orang lain (afiliasi dan drop shipping).

Sejak itu saya terobsesi untuk mempelajari lebih jauh tentang seluk beluk bisnis online. Saya melakukan berbagai riset di internet, dan akhirnya sampailah saya di sini. Sebuah blog. Memangnya membuat blog bisa menambah pundi-pundi penghasilan? Mungkin, dan posting pertama saya ini akan menjadi langkah pertama untuk membuktikannya. Jika saya sudah membuktikannya sendiri, i’ll let you know. So, stay tune.

Labels: